Rabu, 24 November 2010

Bayi Kuning Pasca Lahir

Hiperbilirubinemia (Kuning) Pasca lahir

Kuning Normal Penyebabnya ?
Secara fisiologis, tubuh seseorang memproduksi sel darah merah, dan “membuang” atau memecah sel darah merah yang sudah tua, secara kontinyu. Produk buangan dari proses pemecahan itu disebut bilirubin indirek yang tidak larut dalam air. Saat bayi masih di dalam rahim, bilirubin indirek ini akan dibuang oleh plasenta dan diproses di organ hati ibu menjadi bilirubin direk (larut dalam air), untuk kemudian dibuang melalui urin dan tinja ibu. Semua proses ini alamiah dan hampir dialami oleh semua bayi.
Segera setelah lahir, bayi harus memecah sendiri bilirubin indirek di organ hatinya. Namun, karena fungsi organ hati bayi belum matang, proses itu jadi lambat. Akibatnya bilirubin indirek akan menumpuk di dalam darah dan jaringan tubuh. Kondisi ini menyebabkan kulit, mata dan selaput lendir bayi tampak kuning.

Ciri-cirinya ?
  • Timbul di tubuh bayi sesudah 2 x 24 jam
  • Derajat bilirubin sekitar 10 mg%
  • Pada bayi yang mendapat susu formula, ia mejadi kuning dan mencapai puncaknya, yakni sekitar 6-8 mg%, pada hari ke 3
  • Pada bayi yang mendapat ASI, kadar bilirubin puncak dapat mencapai 7-14 mg%. Peningkatan kadar ini masih diaggap normal.
  • Bayi tetap aktif menangis dan kuat menyusui
  • Urin bayi tidak berwarna kuning tua atau coklat

Bisa hilang ?
Tentu, bila fungsi organ bayi sudah matang. Saat itu, hati mampu mengubah bilirubin direk, sekaligus membuangnya. Karena itu, bayi kuning fisiologis akan terlihat kuning di hari ke-2 dan mencapai puncaknya di hari ke-3. pada hari ke-4, kadar bilirubin akan turun secara pelan-pelan. Normalnya, kuning itu akan hilang di hari ke-7.

Kapan perlu fototerapi?
Bila kadar bilirubin tidak terIalu tinggi, dia tidak perlu diterapi sinar biru (fototerapi). Sebaliknya, bila kadarnya cukup tinggi (lebih dari 10 mg%), maka terapi ini perlu dilakukan.

Bagaimana proses fototerapi?
Bilirubin akan menyerap sinar dengan panjang gelombang 450 460 nanometer. Sinar (yang terutama terdapat pada sinar biru) ini akan mengubah sifat dan bentuk bilirubin, dari yang bersifat indirek menjadi direk. Perubahan ini akan membuat bilirubin mudah dikeluarkan melalui saluran cerna dan ginjal dalam bentuk tinja dan urin.

Adakah cara lain?
Berikan ASI sesering mungkin agar proses transportasi bilirubin ke sel hati menjadi lancar. Selain itu, bila sudah di rumah, jemur bayi sekitar 15 30 menit pada pukul 07.00 - 09.00.
Penyebabnya?
Bisa karena perbedaan golongan darah, kekurangan enzim GPO, infeksi besar (sepsis), Hb darah tinggi (polisitemia), sumbatan sistem empedu, gangguan metabolik atau endokrin, faktor ras, dan kelainan genetik. Bisa juga karena usia ibu lanjut, ibu dengan diabetes atau tekanan darah tinggi, ibu kekurangan zat seng, obat obatan tertentu, proses persalinan dengan menggunakan alat, bayi prematur, atau pemotongan tali pusat yang terlambat.

Ciri cirinya?
  • Kuning terjadi pada usia sebelum 24 jam pertama setelah lahir.
  • Melalui pemeriksaan laboratorium, peningkatan kadar bilirubin terjadi sangat cepat, melebihi 5 mg% per hari.
  • Warna urin kuning tua atau cokelat.



Berbahayakah?
Ya, karena kadar bilirubin yang tinggi dapat menyebabkan keracunan pada otak, yang akhirnya dapat menyebabkan retardasi mental atau palsi serebral.

Apa tindakan yang tepat?
  • Dilakukan terapi sinar biru.
  • Transfusi tukar, yaitu menukar darah bayi dengan darah golongan 0 dengan kadar anti A dan anti B yang rendah (sebelumnya dilakukan uji silang antara pendonor dan penerima). Tapi, hal ini dilakukan bila kadar bilirubin bayi sudah tinggi alias sudah berbahaya.


Dr. Nency Evita, M. Kes.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar