Sabtu, 11 Desember 2010

Easy Going


Hidup itu mudah, jangan dibuat sulit.
Hidup itu mengalir seperti air.
Easy Going.......bro..! Santai.....santai.....

Kata kata inilah yang akrab terdengar di kalangan generasi muda sekarang. Kecenderungan hidup santai adalah satu bentuk aktivitas pemuda, oleh karena itu, Dari Ibnu Abbas RA, ia berkata : Rasulullah saw bersabda :
“Ada dua nikmat di mana manusia banyak tertipu karenanya, yaitu kesehatan dan kesempatan.” (HR. Bukhari).
Orang yang easy going menganggap hidup ini ringan. Dia tidak suka membesar-besarkan masalah kecil. Bahkan berusaha mengecilkan masalah-masalah besar. Dia tidak suka mengungkit masa lalu dan tidak mau khawatir dengan masa depan. Dia tidak mau pusing dan stress dengan masalah-masalah yang berada di luar kontrolnya.Bahkan cenderung berfikir "Bagaimana nanti saja" bukannya "Nanti Bagaimana...?"

Prinsip Easy Going sebaiknya digunakan ketika kita dihadapkan pada suatu masalah, dimana hampir tak terlintas sedikitpun bentuk solusi yang bisa dicapai. Jika kita mempunyai keyakinan yang penuh maka semua masalah akan menemukan jawabannya sendiri. Coba ubah cara pandang kita jangan katakan " Wahai Allah, masalahku amat besar " tapi coba katakan " Hai masalah, Allahu itu maha besar "

Orang-orang dengan sifat easygoing selalu bisa melewati berbagai kondisi separah apapun kondisi itu terjadi. Kalau toh harus dilalui dengan penuh tangisan air mata, itu akan dilalui, tapi after that, everything will be okay soon, seperti awal kembali. Seolah tak terjadi apa-apa. Kesan yang tampak dari orang-orang seperti itu adalah cuek bebek, seolah nggak pernah peduli, acuh tak acuh, apatis, lha pokoknya seperti tampak tak tahu apa-apa. Bisa jadi itu memang dominan terjadi. Sebenarnya, bukannya tidak aware dengan keadaan sekitar,  namun karena sifat cuek dominan, maka akan mengalahkan kepekaan yang sebenarnya dimiliki.
Di banyak kasus, sebenarnya bisa menggunakan sense yang dimiliki dengan baik, memprediksi yang akan terjadi, mengamati yang terlihat, dan menganalisis yang mungkin terjadi. Tapi, yang dominan terjadi, terkadang semuanya hanya menjadi sebuah bayangan sekelebat dalam otak saja, dan seringkali berakhir dengan kata-kata:
“Ya sudahlah .....…”

Menurut Hasan Al-Banna, perbaikan suatu umat tidak akan terwujud kecuali dengan perbaikan individu, yang dalam hal ini adalah pemuda. Perbaikan individu (pemuda) tidak akan sukses kecuali dengan perbaikan jiwa. Perbaikan jiwa tidak akan berhasil kecuali dengan pendidikan dan pembinaan. Yang dimaksud dengan pembinaan adalah membangun dan mengisi akal dengan ilmu yang berguna, mengarahkan hati lewat do’a, serta memompa dan menggiatkan jiwa lewat instropeksi diri.

Dr. Syakir Ali Salim AD berpendapat, pemuda Islam merupakan tumpuan umat, penerus dan penyempurna misi risalah Ilahiah. Perbaikan pemuda berarti adalah perbaikan umat. Oleh karena itu, eksistensinya sangat menentukan di dalam masyarakat.

Kehidupan memang memberikan banyak pilihan. Ada yang sulit, sedang, dan mudah. Sekian banyak manusia yang pernah singgah di dunia ini, selalu terkotak pada tiga pilihan itu.
Ada yang mengambil pilihan sulit, apa pun risikonya. Mereka rela menyiksa diri demi kebahagiaan yang diidam-idamkan.  Begitu pun dengan sedang dan mudah. Pilihan mudah boleh dibilang yang paling populer, paling disukai. Tak peduli dengan urusan orang lain, lingkungan yang serba susah;  asalkan dapat  hidup senang. Walau dengan cara merampas hak orang lain, menghalalkan segala cara, demi kesenangan hidup.

Islam memberikan pilihan hidup sendiri. Kehidupan dunia dalam Islam adalah sebuah persinggahan perjalanan seorang anak manusia. Dalam persinggahan itu, ada berbagai ujian. Persis seperti perantau yang tiba dari perjalanan jauh. Dan persinggahan memberikan aneka makanan dan minuman. Kalau si perantau melampiaskan lapar dan dahaganya di persinggahan itu, ia bisa lupa. Bahwa, akhir perjalanannya bukan di situ. Tapi tempat lain yang harus dengan susah payah ia capai.

Sampai di situ, terkesan seperti Islam memilih kehidupan yang sulit. Padahal, tidak sepenuhnya seperti itu. Ketika hidup menjadi sebuah persinggahan, yang perlu diperhatikan adalah unsur keseimbangan. Karena singgah pun mencari keseimbangan baru.

Allah swt. berfirman,
“Dan Allah telah meninggikan langit dan Dia meletakkan neraca (keseimbangan). Supaya kamu jangan melampaui batas tentang neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu.” (QS. 55: 7-9)
Dari keseimbangan itu, hidup menjadi proporsional: tidak terlalu cenderung pada yang sulit, sedang, dan mudah. Tapi mengalir menurut takaran yang telah Allah tetapkan dalam fitrah manusia.

Cuma masalahnya, kecenderungan-kecenderungan untuk hidup santai sangat kuat. Tanpa memberikan peluang untuk bersantai pun, umumnya orang selalu tertarik untuk bermudah-mudah. Awalnya hanya selingan, tapi berlanjut menjadi kebiasaan. Ada contoh yang mudah. Seorang mukmin sangat wajar ketika mengisi malam-malamnya dengan qiyamul-lail atau shalat malam. Di saat kebanyakan orang tidur, ia justru menangkap suasana hening itu untuk berdekat-dekat dengan Allah swt. Ia curahkan segala beban kehidupan yang begitu berat kepada sebuah kekuatan yang Maha Segala-galanya.
Namun, karena sesuatu hal, ia butuh selingan. Salah satunya, dengan menonton sepak bola. Sesuatu yang mulanya selingan ini akan bermakna lain ketika bisa mengorbankan banyak hal. Bayangkan, jika seorang mukmin menghabiskan waktu tengah malamnya hanya untuk menyaksikan pertandingan sepak bola.
Tanpa sadar, ada sesuatu yang bergeser. Dan sesuatu itu merupakan hal besar. Bahwa, kehidupan ini bukan untuk main-main dan santai. Melainkan ada misi besar. Itulah ibadah.
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia, melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. 51:56)
Tak ada yang salah dengan Easy Going ...bro...! selama tak mengenyampingkan tujuan utama, karena pada hakekatnya hidup ini tidak bisa santai dengan hanya berdiam diri ataupun bersenang-senang tanpa tau tujuan yang pasti. Maka untuk generasi muda isilah hidup ini dengan tujuan yang pasti. Sebuah perjalanan besar dimulai dari langkah kecil. Hari ini mulailah langkah pertama anda untuk menuju masa depan yang gemilang. Ubah hidup anda menjadi lebih baik.

Dari Zaid bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu beliau berkata: Kami mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

(( مَنْ كانت الدنيا هَمَّهُ فَرَّق الله عليه أمرَهُ وجَعَلَ فَقْرَهُ بين عينيه ولم يَأْتِه من الدنيا إلا ما كُتِبَ له، ومن كانت الآخرةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللهُ له أَمْرَهُ وجَعَلَ غِناه في قَلْبِه وأَتَتْهُ الدنيا وهِيَ راغِمَةٌ

Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya)

Inilah sekelebat renungan bagi kawula muda bahwa sebenarnya hidup itu tidak bisa dibawa santai, tapi harus tetap diisi. Bukankah jika hendak bepergian selalu mempersiapkan bekal yang cukup. Bagaimana dengan persiapan bekal kita nanti menuju perjalanan panjang nan abadi, apakah sudah dipersiapkan...?
















Tidak ada komentar:

Posting Komentar